Kamis, 29 Maret 2012

INGINKU BERSAMAMU

Cerpen Nabilla Anindya Putri Darmawan

Kriiiiiiiiiiiiing..kriiiiiiiiing..kriiiiiiiiiiiiiiing….
Aku dikejutkan dengan suara handphoneku, ternyata pacarku yang telpon.
“asslamualaikum”, sapanya dengan lembut
“walaikumsalam, kenapa ? tumben nelpon ?” sapaku kembali dengan lembut
“gak kenapa-kenapa, kok di isikan pulsa sih. Kan gak minta.” Sahutnya lagi
“Yaa…gak papa pingin aja habisnya di sms gak pernah dibalas, terus bilangnya gak ada pulsa ya udah aku isikan. Jadi gak punya alas an buat gak balas sms aku.” Sahutku manja

Pacarku memang begitu sekarang, entah apa yang membuatnya begitu. Aku ngerasa tak ada yang salah dariku, sejak kepergiannya untuk mengikuti kegiatan kampus dia berubah, aku sms gak pernah dibalas aku telpon poun gak pernah diangkat. Aku kiky dan pacarku adi.
“maa…ada yangin aku omongin ni penting.”
“mau ngomong apa, paa ?”
“bisa gak kita putus ?”
“alasannya ?
“jujur aku gak berani buat balik kesana, semua orang lagi nyariin kita. Ngertikan maksudku apa ?”
“ngerti”, jawabku pelan sambil menahan tangis
“jadi gimana ? pliiis ngertiin aku”, sahutnya pelan
“pulang aja dulu nanti kita omongin”, sahutku terisak.

Tak berapa lama telponnya terputus, air mata tak bisa ku tahan lagi, mengalir tanpa harus mendapat komando dariku. Sejak malam itu aku down, hubunganku dengan adi memang banyak ditentang. Jujur aku gak habis pikir kenapa tiba-tiba adi menyerah begitu padahal awalnya dia yang sangat bersemangat untuk mempertahankan hubungan ini apapun kondisinya, sampai aku rela diduakan dengan adi hanya untuk mengelabui semua orang yang menentang hubungan kami berdua. Aku rela disakiti, aku rela dimaki dengan teman dan saudaraku. Hanya untuk membela dan mempertahankan hubungan ku dengannya.

Minggu, 11 Maret 2012, aku menerima sms dari adi. Dia memberitahukan bahwa dia sudah tiba di Jakarta dengan selamat meski dengan kondisi sedang sakit. Senang ? ya. Sedih ? ya ? semua menjadi yang ada dalam hatiku. Aku berniat untuk bertemu dengannya malam itu, namun rasa seperti apa sehingga mengurungkan niat awalku untuk menemuinya dirumahnya. Malam itu aku mengelilingi ibukota Jakarta ditemani dengan derasnya iri mataku yang mengalir. Sampai akhirnya aku berehenti di sebuah masjid berniat untuk shalat isya. Aku merasakan banyak ketenangan di sana, aku merasa ada yang menemani aku meskipun bukan berwujud manusia. Akhirnya setelah shalat aku menelpon adi agar dia menyusulku di masjid tersebut.
“ngapain disini ?” sapanya ketika sampai dimasjid
“gak papa, habis ngadu.” Sahutku dengan tersenyum kecil

Kenapa harus ngeliat kamu lagi di hadapanku. Ini membuatku semakin sulit untuk melepasmu, tiba-tiba air mataku menetas tanpa sepengetahuan adi. Aku gak mau nunjukkan aku sedih, aku takut, aku lemah jika tanpa ada dia disampingku, aku memang sudah ketergantungan dengannya.

Malam itu aku gak ingin pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan untuk pulang , malam itu benar-benar mengahbiskan waktu berdua dengan dia. Kenapa harus ada moment seperti ini lagi ?
“maa, gimana pertanyaanku kemarin belum dijawab?” tanya pelan yang memecahkan keheningan.
“ya udah mau gimna lagi, jalani aja.” Sahut ku pelan.

Dia menceritakan semuanya apa yang terjadi selama dia di luar kota, senyumnya yang sangad ku rindukan, candanya. Tiba-tiba air mataku menetes, menahan sakit yang sudah tak bisa tertahankan.
“aku boleh nangis kan ?” tanyaku terisak
“boleh, nangis aja.” Sahutnya sambil memelukku

Aku nangis sejadi-jadinya di dalam pelukannya, “harus sesakit inikah mencintaimu, harus sesulit inikah jalan yang harus ku lalui agar dapat bersamamu, harus kah semua ini yang aku rasakan agar tetap bersamamu. Kenapa kamu harus melakukan ini kepadaku ? ini akan membuatku semakin tak bisa melepasmu” kataku dalam hati. Aku tak memperdulikan semua pertanyaan yang dia tanyakan aku hanya larut dalam tangisku.

Malam terakhir aku menjadi kekasihnya, malam terakhir aku bisa merasakan hangat pelukannya, dan malam terakhir aku merasakan semuanya. Jika aku bisa meminta kepada mu Yea Allah, aku tidak ingin malam itu berakhir, malam menjadi pagi. Biar saja terus malam agar aku tak pernah pisah darinya. Ternyata tak bisa, dunia tetap berputar apapun yang terjadi, pagi pun tiba. Berakhirnya malam maka berakhir pula hubungan ku dan adi.

Aku terus berusaha untuk tidak memikirkan bahwa hubunganku dengannya berakhir, aku berusaha tersenyum, tertawa dan bahagia didepan teman-temanku. Ternyata hanya sebatas dihadapan mereka aku tertawa, aku bahagia. Jika tidak ada mereka, aku menangisi kepergianmu. Sampai saat ini aku selalu berbincang dengan tuhan bahwa aku Ingin bersamamu.

0 komentar:

Posting Komentar